Piala Thomas X tahun 1976
Regu Piala Thomas Indonesia, yang baru saja berhasil mempertahankan Piala Thomas, pagi ini 7 Juni 1976 diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Pemain-pemain dalam Team Thomas Cup yang terdiri atas Rudy Hartono, Liem Swie King, lie Sumirat, Tjuntjun, Ade Chandra, Christian Hadinata, Johan Wahyudi, Amril Nurman, dan Dhani ini berhasil mempertahankan Piala Thomas setelah menang atas team Malaysia dengan angka 9-0. Selama ini mereka dipersiapkan oleh tiga orang official, yaitu Tahir Djide, Willy Budiman, dan Emon Suparman. Sebagai penghargaan terhadap para pemain dan official, Presiden telah memberikan hadiah kepada mereka masing-masing Rp 2.500.000,-, kecuali Rudy Hartono yang memperoleh hadiah sebesar Rp 5.000.000,-. Pada kesempatan itu Kepala Negara mengatakan bahwa hadiah yang diberikannya jangan dilihat sebagai pembayaran, melainkan sebagai penghargaan terhadap prestasi mereka (AFR)
Pertandingan Babal Final
Pertandingan babak final diselenggarakan di kota Bangkok, the Kingdom of Thailand pada tanggal 4 Juni 1976 dan 5 Juni 1976. Regu bulutangkis Indonesia melawan regu bulutangkis Malaysia, dengan skor : 9 - 0.
Pertandingan final hari pertama, tanggal 4 Juni 1976
Pertandingan game pertama
Tunggal putra Indonesia
Liem Swie King berhasil mengalahkan lawan dengan dua set langsung
Phua Ah Hua tunggal putra Malaysia, dengan poin, 15-12 dan 15-1. Skor : Indonesia - Malaysia 1 - 0.


Pertandingan game kedua
Tunggal putra Indonesia
Rudy Hartono menang set kesatu, pertandingan dilakukan dengan penuh strategi dan set kedua menang setelah bermain dengan mudah, berhadapan dengan
Saw Swee Leong tunggal putra Malaysia, dengan poin, 15-7 dan 15-5. Skor : Indonesia - Malaysia 2 - 0.


Pertandingan game ketiga
Ganda putra Indonesia
Christian Hadinata / Ade Chandra berhadapan dengan
James Selvaraj / Moo Foot Lian ganda putra Malaysia. Set pertama menang mudah, set kedua menang mudah tanpa memberikan kesempatan lawan mengembangkan permainan, dengan poin, 15-4 dam 15-1. Skor : Indonesia - Malaysia 3 - 0.


Pertandingan game keempat
Ganda putra Indonesia
Tjun Tjun / Johan Wahjudi menang dari pasangan
Dominic Soong / Cheah Hong Chong ganda putra Malaysia, set kesatu kalah setelah bermain alot, set kedua dan set ketiga menang dengan mudah dengan poin, 13-15, 15-6 dan 15-6. Skor : Indonesia - Malaysia 4 - 0.


Pertandingan final hari kedua, tanggal 5 Juni 1976
Pertandingan game kelima
Tunggal putra Indonesia,
Tjun Tjun berhasil mengalahkan
James Selvaraj tunggal putra Malaysia, setelah bertanding hanya dua set, dengan poin, 15-1 dan 15-7. Skor : Indonesia - Malaysia 5 - 0.


Pertandingan game keenam
Tunggal putra Indonesia,
Liem Swie King berhasil mengalahkan
Saw Swee Leong tunggal putra Malaysia diluar prediksi tunggal putra Indonesia dengan mudah lewat dua set langsung, dengan poin, 18-13 dan 15-3. Skor : Indonesia - Malaysia 6 - 0.


Pertandingan game ketujuh
Tunggal putra Indonesia,
Rudy Hartono menang melawan
Phua Ah Hua tunggal putra Malaysia, setelah bermain dengan dua set dengan poin, 15-5, dan 15-1. Skor : Indonesia - Malaysia 7 - 0.


Pertandingan game kedelapan
Ganda putra Indonesia
Christian Hadinata / Ade Chandra menang melawan
Phua Ah Hua / Cheah Hong Chong ganda putra Malaysia, dengan poin, 15-6 dan 15-11. Skor : Indonesia - Malaysia 8 - 0.


Pertandingan game kesembilan
Ganda putra Indonesia
Tjun Tjun / Johan Wahjudi menang mudah melawan
James Selvaraj / Moo Foot Lian ganda putra Malaysia, dengan poin, 15-6 dan 15-2. Skor : Indonesia - Malaysia 9 - 0.


Kilas Balik
Semifinal antar-zona pertama antara Denmark dan Malaysia adalah jagoan seri ini. Denmark sekali lagi menerjunkan skuad "nama" pemain (lengkap dengan tiga alternatif), meskipun beberapa sekarang di sisi bawah karir mereka. Sebaliknya, tim Malaysia terdiri dari hal-hal yang relatif tidak diketahui, meskipun tiga ikatan yang berjuang keras memberi mereka pengalaman yang berharga. Svend Pri yang luar biasa , sekarang 31 tahun, memimpin untuk Denmark dengan pertandingan langsung yang menentukan menang atas Phu Ah Hua. Pada pertandingan berikutnya, bagaimanapun, Flemming Delfs, kurang dari setahun lagi dari menangkap Kejuaraan Dunia dalam pertandingan Skandinavia yang akrab, tersendat dalam panas dan kelembaban setelah memenangkan pertandingan pertama melawan Saw Swee Leong. Hasil tersebut mengatur pola untuk putaran; Denmark bisa memenangkan pertandingan yang dihitung hanya ketika Svend Pri ada di pengadilan. Pada 4-3 mendukung Malaysia Svend Pri akhirnya tidak dapat membawa pasangan Steen Skovgaard untuk kemenangan melawan Dominic Soong dan Cheah Hong Chong . Orang-orang muda Malaysia yang girang telah mencapai final Piala Thomas melawan bentuk, kehilangan pertandingan final antiklimaks untuk membuat skor 5–4.
Hasil semifinal lainnya tidak pernah benar-benar diragukan. Meskipun tuan rumah Thailand telah menerima bye ke pertandingan antar-zona, itu juga telah menerima "jerami pendek" dengan ditempatkan di setengah bagian dari undian. Namun, penampilan Bandid Jaiyen yang kecil namun berbakat, menawarkan balsem bagi kebanggaan Thailand yang terluka.Dia telah mendapatkan satu-satunya titik Thailand melawan Indonesia di seri Thomas Cup sebelumnya , dan melakukannya lagi pada malam pertama bermain dengan melawan dari jurang kekalahan game langsung untuk memadamkan pembangkit listrik Iie Sumirat 15-5 di ketiga. Meskipun Jaiyen bermain secara kredit pada malam kedua melawan ikon Rudy Hartono , ia dipukuli pada usia 11 dan 7 tahun. Surapong Suharitdamrong , petenis nomor dua Thailand, hanya dapat mengumpulkan sebelas poin dalam empat pertandingan melawan Hartono dan Sumirat. Satu pertandingan ganda dekat terjadi setelah Indonesia sudah memastikan pertandingan untuk dimainkan di final Piala Thomas ketujuh dalam tujuh percobaan.
Final piala Thomas 1976, Permainan bulutangkis penuh inovasi. Di kota Bangkok, Thailand, sebenarnya bukanlah final yang istimewa. Mengapa? Indonesia yang merupakan juara bertahan telah lima kali memenangi kejuaraan beregu putra itu sejak tahun 1958. Kesuksesan Indonesia hanya diselingi keberhasilan Malaysia merebut piala yang disumbangkan Sir George Thomas Bart tersebut pada tahun 1967. Itu pun bukan lewat pertarungan hingga pertandingan terakhir yang mendebarkan jantung dan mendirikan bulu roma. Piala Thomas ketika itu lepas karena referee menghentikan pertandingan dalam kedudukan 4-3 untuk Malaysia. Penyebabnya, wasit kehormatan Herbert Scheele menilai polah penonton Istora Senayan tidak dapat ditolerir dan sangat merugikan tim tamu. IBF kemudian memutuskan pertandingan sisa harus dilanjutkan di Selandia Baru. Indonesia menolak, dan terbanglah sang piala ke Kuala Lumpur.
Kembali ke final atau saat itu dikenal sebagai Challenge Round 1976, apa yang dapat dilihat di sana? Yang jelas itulah pertama kali Indonesia mampu meraih kemenangan terbesar atas lawan di final untuk pertama kalinya. Malaysia digulung 9-0 tanpa mampu meraih kemenangan satu partai pun. Indonesia saat itu memang memiliki dream team. Kubu Indonesia diperkuat para juara-juara All England yang kala itu menjadi barometer tertinggi turnamen perseorangan dunia. Indonesia memiliki Rudy Hartono juara delapan kali, para pemain ganda Tjun Tjun, Johan Wahyudi, Christian Hadinata, dan Ade Chandra yang dalam empat tahun terakhir menjadi juara di Wembley. Indonesia juga membawa pemain muda dengan smes tercepat di dunia, Liem Swie King. Mereka adalah para pemain yang mampu mengubah permainan bulu tangkis dengan segala inovasi-inovasinya.
Catat saja Rudy sebagai pemain yang pertama kali memperkenalkan pukulan over head smash. Bila shuttle cock melaju ke sisi kirinya, Rudy tidak mengambil lewat pukulan back hand sebagaimana lazimnya. Menghadapi itu Rudy malah menyondongkan tubuh lebih ke kiri dan memukul dengan cara fore hand. Bukan pukulan biasa, tetapi sebuah smes keras. King lebih gila lagi. Dia tidak mau menunggu pasif bola lambung meluncur jatuh untuk dismes. King memilih untuk jemput bola, meloncat dan memukul keras shuttle cock ketika tubuhnya masih melayang.
King sendiri mengaku lupa-lupa ingat bagaimana awalnya dia bisa melakukan gaya yang dulu dijuluki sebagai King's smes dan kini dikenal dengan loncatan smes. "Mungkin cara seperti itu dulu kurang lazim ya," tuturnya. King memaparkan, pada dasarnya dia adalah pemain menyerang yang tidak menyukai bola-bola reli yang lamban. Agar permainan bisa berlangsung lebih cepat, King berusaha agar secepat mungkin menghampiri bola begitu masuk wilayah permainannya. Itu termasuk kalau bola masih melambung tinggi. "Saya maunya main cepat kalau bola dekat net saya serobot. Kalau bola di atas ya saya harus loncat agar tidak menunggu terlalu lama. Kalau bola sampai dekat permukaan kan nunggunya lebih lama," kata King.
Tren permainan cepat dan penuh tenaga atau mengandalkan speed dan power juga dipopulerkan para pemain ganda. Ade Chandra mengisahkan, permainan seperti itu merupakan hasil rembukan dirinya dengan Christian Hadinata, Tjun Tjun, dan Johan dan pelatih fisik Budiman WK. Kala itu, para pemain Eropa yang masih dominan masih gemar bermain cantik dengan reli-reli panjang dan penempatan-penempatan bola akurat. Ade dan teman-teman tidak suka yang seperti itu. Bagi mereka dalam olahraga tujuannya adalah kemenangan. Jadi itu harus dilakukan meski harus merusak "pakem" yang sudah digemari penonton. "Akhirnya kami putuskan kalau mau menang, harus main cepat tidak peduli dibilang bagus atau tidak. Bola dipukul keras terus dan menyerobotnya secepat mungkin saat datang. Itu hasil pemikiran kami para pemain saat itu," kenang Ade.
Permainan seperti itu ternyata menuntut kemampuan refleks. Inilah yang menjadi perpaduan kemampuan Johan Wahyudi/Tjun Tjun dan Christian/Ade Chandra. "Ketika menemukan inspirasi untuk melatih refleks dalam bulu tangkis ganda yaitu pada saat melihat permainan tenis meja. Bola tenis meja yang bergerak lebih cepat daripada shuttle cock itu ternyata selalu dapat dikejar. Dari sini akhirnya diperoleh inspirasi refleks yang harus dilatih," kata Johan. Dibanding Tjun Tjun, Johan yang harus lebih melatih kemampuan itu, terutama untuk memperkuat kemampuan memukul bola kiri. Ia berlatih dengan memukul bola tersebut ke dinding. Di dinding diberi garis dengan ketinggian tertentu sebagai patokan titik pukulan bola. Tjun Tjun pada waktu itu lebih banyak bertugas untuk mencatat pukulan-pukulan Johan dengan waktu tertentu. Pada setiap menit ia berhasil memukul bola kiri ke tembok sebanyak sekitar 20 kali. Kemampuan refleks yang dilatih dengan cara seperti itu, karena bola kembali dari tembok selalu tidak beraturan.
Kemampuan refleks ini sangat menunjang untuk mengembalikan pukulan bola keras, sehingga tidak terlambat dalam memukul balik. "Keberhasilan menjadi juara itu tidak hanya ditunjang dengan latihan di lapangan saja. Latihan pukulan ke dinding ini tidak pernah dilihat dan sangat menunjang peningkatan kemampuan di lapangan," kata Johan. Namun, untuk menang, terlebih dahulu harus mampu menganalisis kelemahan dan kelebihan lawan. Ia bersama Tjun Tjun selalu mencatat kelemahan dan kelebihan pemain-pemain yang akan menjadi lawan tanding mereka. Pada kesempatan meraih juara All England pada masa itu, Johan dan Tjun Tjun lebih sering memperoleh lawan dari negara-negara Eropa.
Di antaranya Denmark, Swedia, dan Inggris. Kelemahan menonjol dari lawan-lawan tersebut, ketika harus mengembalikan smash body atau pukulan keras mengarah badan. Pukulan tersebut sulit dikembalikan oleh lawan, karena postur tubuh orang Eropa memang sulit untuk bergerak liat dan cepat ketika menerima smash body. Untuk menciptakan peluang smash body itu, menurut Johan, diawali dengan pukulan-pukulan cop (menukik tajam) dan drop shot (pukulan pendek mendekat jaring net). Biasanya, bola-bola pengembalian lawan menjadi peluang untuk mematikan dengan smash body tersebut. Ini kunci keberhasilan Johan dan Tjun Tjun pada masanya.
Sumber tulisan : dihimpun dari berbagai sumber internet.
Komentar
Posting Komentar